Lanjut ke konten

Gunung Samalas dan Babat Lombok

Agustus 8, 2014

segaraanak
Selama ini letusan gunung pasca purba terbesar diyakini adalah gunung Tambora. Letusan gunung Tambora ini bisa dikatakan lebih tinggi sedikit daripada gunung Krakatau. Tambora meletus sedahsyatnya pada tahun 1815. Konon dengan letusan itu membuat dunia tak memiliki musim panas akibat abu yang menyelimuti bumi. Letusan pada jaman purba lebih ekstrim lagi. Diyakini letusan terbesar di dunia adalah Gunung Purba Toba, dan gunung Purba Yellowstone. Hanya saja, tidak ada catatan sejarah, dan hanya dari jejak-jejak geologisnya saja kondisi tersebut dapat dideteksi. Jika gunung-gunung purba tersebut ada pada skala 8 VEI (Volcano Explositivy Index) dianggap sebagai level tertinggi, maka Tambora dan Krakatau ada di skala 7 VEI.

Pada penelitian para ahli Vulkanologi dan Geologi, ditemukan sebuah kenyataan yang mencengangkan dunia, dengan ditemukannya fakta baru tentang letusan gunung terbesar. Berdasarkan jejak vulkanis yang ada, beberapa peneliti dunia termasuk beberapa ahli dari Indonesia, menemukan bahwa telah terjadi letusan yang lebih dahsyat daripada gunung Tambora. Letusan itu adalah bencana yang bertanggung jawab terhadap bencana kelaparan besar yang salah satunya terjadi di Eropa pada tahun 1258. Penelitian ternyata mengarah pada sebuah gunung besar di kawasan Indonesia. Gunung tersebut bernama gunung Samalas. Manakah itu?

Gunung Samalas disebut dalam Babad Lombok. Semula kisah dalam babad ini, termasuk gunung Samalas, dianggap sebagai sebuah karya sastra belaka. Namun ternyata kisah ini adalah sebuah fakta.

274. Gunung Renjani kularat, miwah gunung samalas rakrat, balabur watu gumuruh, tibeng desa Pamatan, yata kanyut bale haling parubuh, kurambangning sagara, wong ngipun halong kang mati.

275. Pitung dina lami nira, gentuh hiku hangebeki pretiwi, hing leneng hadampar, hanerus maring batu Dendeng kang nganyuk, wong ngipun kabeh hing paliya, saweneh munggah hing ngukir.

276. Hing jaringo hasingidan, saminya ngungsi salon darak sangaji, hakupul hana hing riku, weneh ngunsi samuliya, boroh Bandar papunba lawan pasalun, sarowok pili lan ranggiya, sambalun pajang lan sapit.

277. Yek nango lan pelameran, batu banda jejangkah tanah neki, duri hanare menyan batu, saher kalawan balas, batu lawang batu rentang batu cangku, samalih tiba hing tengah, brang bantun gennira ngungsi.

278. Hana ring pundung buwak bakang, tana’ gadang lembak babidas hiki, saweneh hana halarut, hing bumi kembang kekrang, pangadangan lawan puka hatin lungguh, saweneh kalah kang tiba, mara hing langko pajanggih.

279. Warnanen kang munggeng palowan, sami larut lawan ratu hing nguni, hasangidan ya riku, hingLombok goku medah, genep pitung dina punang gentuh, nulih hangumah desa, hing preneha siji-siji.

Terjemahan Babad Lombok itu kira-kira demikian:

274. Gunung Rinjani Longsor, dan Gunung Samalas runtuh, banjir batu gemuruh, menghancurkan Desa Pamatan, rumah2 rubuh dan hanyut terbawa lumpur, terapung-apung di lautan, penduduknya banyak yang mati.

275. Tujuh hari lamanya, gempa dahsyat meruyak bumi, terdampar di Leneng (lenek), diseret oleh batu gunung yang hanyut, manusia berlari semua, sebahagian lagi naik ke bukit.

276. Bersembunyi di Jeringo, semua mengungsi sisa kerabat raja, berkumpul mereka di situ, ada yang mengungsi ke Samulia, Borok, Bandar, Pepumba, dan Pasalun, Serowok, Piling, dan Ranggi, Sembalun, Pajang, dan Sapit.

277. Di Nangan dan Palemoran, batu besar dan gelundungan tanah, duri, dan batu menyan, batu apung dan pasir, batu sedimen granit, dan batu cangku, jatuh di tengah daratan, mereka mengungsi ke Brang batun.

278. Ada ke Pundung, Buak, Bakang, Tana’ Bea, Lembuak, Bebidas, sebagian ada mengungsi, ke bumi Kembang, Kekrang, Pengadangan dan Puka hate-hate lungguh, sebagian ada yang sampai, datang ke Langko, Pejanggik.

279. Semua mengungsi dengan ratunya, berlindung mereka di situ, di Lombok tempatnya diam, genap tujuh hari gempa itu, lalu membangun desa, di tempatnya masing-masing.

Gunung Samalas, adalah induk dari Gunung Rinjani. Gunung Rinjani yang bertinggi 3726 mdpl, lebih tinggi dari Mahameru pun masih merupakan anak dari Samalas. Gunung ini diperkirakan memiliki tinggi lebih dari 4000 meter. Sebagai informasi lain, Tambora, yang ada di pulau sebelahnya, memiliki tinggi 4300 meter yang pasca hancur tinggal memiliki tinggi 2800 meter saja. Bisa terbayang energi-energi yang dilepaskan oleh para gunung ini. Gunung Samalas, pasca meletus meninggalkan bekas berupa sebuah danau besar, bernama danau Segara Anak seperti yang ada pada capture peta di atas. Di tengahnya terlihat juga kubah lava baru, selayaknya gunung berapi yang lain. Konon gunung inilah yang diberi nama gunung Barujari.

Indonesia, sangat kaya dengan sejarah yang berkaitan dengan kisah-kisah bencana geologis. Dari sana memunculkan perombakan peradaban dan budaya. Dari Babad Lombok ini, kita sadari bahwa nenek moyang kita sudah sangat akrab dengan pencatatan, sehingga muncullah sejarah yang dapat kita baca dan menjadi petunjuk bagi kita sekarang. Seharusnya menyadarkan kita, kekayaan budaya, alam dan sejarah itu, akrab juga dengan resikonya. Bencana. Adalah sebuah kejadian yang tidak kita sukai, namun tetap harus dikelola agar tidak memunculkan dampak yang sangat besar.

Namun di luar itu, gunung-gunung itu sangat menarik perhatian saya, lengkap dengan sejarahnya. Saya hanya berharap kelak saya dapat mengunjungi gunung-gunung itu, saat telah longgar sumberdaya dan waktu.

Referensi:
http://sains.kompas.com/read/2013/10/02/2250336/Letusan.Samalas.dalam.Babad.Lombok.yang.Melumpuhkan.Dunia

http://foto.kompas.com/photo/detail/2013/10/02/66789165312911380646842/inilah-samalas-rinjani-yang-melumpuhkan-dunia

From → Tidak Dikategorikan

4 Komentar
  1. Saya baru tahu ada nama Gunung Samalas. Suwun infone, mas.

    Selama ini yang saya ketahui paling dahsyat letusannya adalah Gunung Tambora, yang pernah diulas di NatGeo. Konon akibat letusan Gunung Tambora ini, Napoleon Bonaparte menghentikan sementara peperangannya karena terjadi abu vulkanik di medan pertempuran Eropa.

    • Iya mas Iwan, penelitian yang menentukan tingkat letusan Samalas ini, juga baru tahun 2013. Di dalam referensi yang saya cantumkan itu, ada di dalamnya pak Surono.

      Sekarang, abu gunung Kelud saja belum bisa bersih dari Jogja, apalagi jaman dulu.. tentu saya bisa memahami ada tahun tanpa matahari atau tanpa panen, di Eropa sana..

  2. beberapa waktu yang lalu saya pernah baca informasi tentang gunung samalas ini, cuma lupa di mana

    • Saya sendiri baca malah di rubrik-rubrik penelitian media surat kabar. Saya pikir Samalas ini adalah tambora, ternyata bukan.. sebelahnya..

Tinggalkan komentar